Kabut asap semakin parah menyebabkan sejumlah bandara di Kalimantan ditutup karena jarak pandang terganggu. KEBAKARAN lahan dan hutan di wilayah Kalimantan sudah mulai mengganggu aktivitas warga dan penerbangan.Puncak musim kemarau pada Oktober ini ditandai semakin pekat kabut asap menyelimuti Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Warga mulai terserang sakit napas dan tenggorok sakit. “Kabut asap sudah sangat parah. Napas terasa sesak dan tenggorok juga sakit saat menelan,“ kata Jaya, warga Kecamatan Jekan Raya, Kelurahan Palangka, Kota Palangka Raya, kemarin.
Kabut asap semakin pekat jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Bahkan jarak pandang semakin terbatas pada 100-200 meter, membuat masyarakat harus ekstra hati-hati dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Di luar Kota Palangka Raya, kabut asap menyebabkan batalnya operasional penerbangan maskapai Susi Air dari dan ke Bandara Beringin Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
“Penerbangan dari dua kota di Kalimantan ke Muara Teweh terpaksa dibatalkan lagi karena kabut asap dari pagi hingga sore cukup tebal,“ kata Sidik, petugas Bandara Beringin Muara Teweh, kemarin.
Menurutnya, jarak pandang vertikal hanya 500 meter dari pagi hingga sore sehingga seluruh penerbangan dari Muara Teweh-Balikpapan dan Muara Teweh-Banjarmasin dibatalkan.Jarak pandang Pembatalan penerbangan juga terjadi di Kalimantan Timur. Kepala Seksi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Temindung, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Roesmanto menjelaskan pesawat Aviastar berpenumpang 12 orang dari Bandara Data Dawai, Kabupaten Mahakam Ulu, menuju Bandara Melak, Kutai Barat, terpaksa dialihkan ke Bandara Temindung karena jarak pandang di bawah 1 meter.
“Pengalihan penerbangan akibat kabut asap. Ini baru pertama kali terjadi sejak sejumlah wilayah di Kaltim dilanda kabut asap selama September hingga awal Oktober ini,“ kata Roesmanto.
Pilot pesawat Aviastar, Drajad, menambahkan, jarak pandang untuk pesawat berpenumpang 12 orang idealnya 4,8 meter. Namun, saat melintas di atas Melak, pesawat tidak bisa mendarat karena jarak pandang di bawah 1 meter.
“Saat penerbangan berjarak 43 mil (69 km) menuju Melak, kami mendapat dua kali informasi bahwa kawasan itu tertutup kabut asap. Awalnya asap masih tipis, tetapi informasi kedua semakin tebal sehingga tidak bisa untuk mendarat,“ kata Drajad.
Di Provinsi Jambi, jumlah titik panas terus bertambah dari 17 titik menjadi 26 titik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi mengeluarkan data munculnya titik panas berasal dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan yang tersebar di delapan wilayah kabupaten, dari total 11 kabupaten/kota.
Titik panas terbanyak di Kabupaten Batanghari (8 titik), disusul Kabupaten Muarojambi (4). Letak kedua kabupaten yang berdekatan semakin memperburuk pencemaran kabut asap di Kota Jambi.
Kabut asap juga mengganggu lalu lintas pelayaran di pantai timur Sumatra, Jambi. Sejumlah nelayan mengungkapkan kabut asap telah mengganggu kenyamanan pelayaran kapal barang dan kapal nelayan yang mengarungi Sungai Batanghari dan perairan pantai timur Sumatra. Jarak pandang hanya berkisar 500 meter terutama pada pagi dan sore hari. “Kami terpaksa mengurangi kecepatan kapal sekitar setengahnya karena buruknya jarak pandang, sangat membahayakan pelayaran,“ kata Ahmad, nelayan setempat. (JS/Ant/N-4) Media Indonesia, 2/10/2014, halaman : 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar