KALAU kita ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, jangan lupa mampir ke salah satu pusat syiar agama Islam di sana. Tepatnya, ada di pinggir Sungai Kuin, anak Sungai Barito, Kelurahan Kuin Utara. Di situ, ada sebuah masjid yang dibangun raja pertama kerajaan Banjar bernama Sultan Suriansyah pada abad ke-15 masehi. Nama masjid tersebut dinamakan sesuai pendirinya, yakni Masjid Sultan Suriansyah.
Masjid yang sudah beberapa kali diperbaiki itu saat ini dicat berwarna hijau muda dan hijau tua sehingga terlihat kokoh dan indah. Namun, tak menghilangkan keaslian nilai sejarah bangunan masjid seperti kayu ulin dengan ornamen perpaduan arsitektur Banjar, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada tiang induk, mimbar masjid, dan pintu masjid.
Masjid tersebut sudah tiga kali dipugar. Pertama pada 1950, kedua pada 1982 dan yang terakhir dipugar pada 1999. ( Info penting mengenai sewa mobil Banjarmasin untuk transportasi anda)
Saat bulan Ramadan seperti sekarang ini, Masjid Sultan Suriansyah ramai dikunjungi umat Islam, pagi, siang, dan malam. Umat Islam seakan memusatkan kegiatan Ramadan di masjid tersebut selama sebulan penuh.
“Ya, ramai sekali di sini. Kaum muslim biasanya datang kemari untuk pesantren kilat, takjil bersama, tarawih, tadarus, tablig akbar, dan juga salat subuh berjamaah,“ ungkap Imran, warga sekitar yang tengah berbuka puasa bersama, di Banjarmasin, kemarin.
Belum lagi, mereka yang berkunjung ke masjid juga dapat melihat sebuah dermaga (pelabuhan) yang berada di seberang masjid. Dulu kala, dermaga itu jadi pintu masuk ke kerajaan. Keberadaan masjid dan dermaga merupakan benteng pertahanan Kerajaan Banjar ketika itu. Hingga kini dermaga itu masih berfungsi dan dimanfaatkan masyarakat setempat.
Kemudian, di sebelah utara bangunan masjid yang berjarak sekitar 300 meter, terdapat pula kompleks makam Sultan Suriansyah. Baik masjid dan kompleks makam itu sampai saat ini menjadi salah satu objek wisata di Kota Banjarmasin yang cukup terkenal.
Sultan Suriansyah sendiri memerintah pada 1526-1550. Sebelum memeluk Islam, ia memiliki nama Pangeran Samudera, anak dari Mantri Jaya dan cucu dari Maharaja Sukarama yang memerintah dari Negara Daha (saat ini Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Sebelum ia menjadi raja, sempat terjadi perang saudara antara Pangeran Samudera dan pamannya, Pangeran Tumenggung, penguasa Kerajaan Daha yang dibantu Kerajaan Demak. Lokasi yang lantas dibangun masjid itulah yang merupakan benteng pertahanan Kerajaan Bandarmasih (Banjar).
Pangeran Samudera dinobatkan menjadi sultan pertama Banjar yang memeluk agama Islam dengan gelar Sultan Suriansyah. Setelah Sultan wafat, dia dimakamkan di Desa Kuin Utara, di sebelah utara masjid, dengan diberi gelar Panembahan Batu Habang. (Denny Susanto/H-2) - Media Indonesia, 1 Juli 2014, Halaman 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar